Senin, 20 Januari 2014

#FebrianJogja DAY 2

Bangun jam 3 pagi tuh rasanya berat sekali, tapi demi melihat keindahan alam Yogyakarta di pagi hari, eh Magelang maksudnya. Kemaren pas posting foto Borobudur di instagram, ada yang protes: “Kak, Borobudur itu bukan di Yogyakarta tapi di Magelang.” Makasih yah infonya, maklum anak IPA waktu SMA bukan anak IPS, tapi kan masih deketan (ga mau kalah :P). Yoi, pagi ini gue berencana ke Borobudur dan nyewa mobil plus driver yang baik dan super informatif atau jangan2 dia detektif, bisa jadiii bisa jadiiii, tapi sepertinya tidak. Harganya sangat terjangkau yaitu Rp 200.000 untuk 12 jam mobil dan driver, tapi belom termasuk bensin ya apalagi termasuk peluk dan cium mesra, harganya beda lagi. Mobil yang gue dapet adalah mobil Daihatsu xenia, dan drivernya namanya Pak Doni tapi bukan alamsyah. Pak Doni ini super baik, gue repotin untuk jadi tukang foto pun dia ga keberatan. Makasih ya pak, mudah-mudahan bapak masuk surga, amin.

Perjalanan pertama adalah menuju Punthuk Setumbu, disini bisa liat Borobudur yang diselimuti kabut dan hutan yang indah, pas sampe sini memang masih gelap, dari parkiran ke lokasi yang biasa dipakai untuk foto Borobudur dari atas ini, harus jalan kaki sekitar 10-15 menit, dan perjalanan yang ditempuh itu nanjak alias naik dengan jalan setapak dan agak becek karena musim hujan. Sesampainya di atas gue ternganga-nganga karena masih gelap dan ga ada apa-apa. Menuruuuuuut nganjuuuuug, orang masih gelap ya mau liat apaan deh. Sekitar 10 menit kemudian, langit berubah menjadi kebiruan, dan keajaiban pun muncul, bagus banget. Bisa liat Borobudur dari atas plus pemandangan yang sangat jarang ada ini, seperti lukisan. Gue cuma bisa bilang Tuhan itu ajaib. Gue mengambil foto dengan kamera seadanya, dari handphone dan gopro, andaikan gue punya kamera yang lebih bagus, mungkin fotonya akan lebih bagus juga, well tapi tetep bersyukur karena mata gue bisa mengcapture pemandangan yang indah ini.

Setelah puas di Punthuk Setumbu, akhirnya gue pun melanjutkan perjalanan yaitu ke Candi Borobudur. Sampe sana udah sekitar jam 6 pagi lewat sedikit, dan langit masih mendung, tapi kawasan ini udah banyak yang dateng. Kata Pak Doni, kalo mau ke Candi Borobudur mending pagi sekalian atau sore sekalian kaya jam2 atau 3an gitu, karena kalo siang nanti kita dimarahin alien (yakaleeee) gak sih, kalo siang itu panas dan rame banget. Loket penjualan tiket buka dari jam 6 pagi kok. Candi Borobudur gak pernah keabisan pesonanya, gue udah berkali-kali kesini tapi selalu ada hal baru yang gue temuin, dari mulai relief, atau pengunjung yang datang juga kan berbeda. Pas gue kesana kemaren, gue baru sadar seni dari ngambil foto di Borobudur adalah kesabaran. Sabar menunggu giliran untuk foto, karena suka ada gerombolan anak SMP atau SMA yang sedang berdharma wisata. Gue kemaren kesana bersamaan dengan sekitar 3 grup dharma wisata yang berbeda, itu masih pagi lho. Dan biasanya mereka seragaman baju atau topi gitu, warnanya biasanya kaya ada orang teriak tapi bukan di kuping, melainkan di mata lo, tujuannya sih mungkin biar ga ilang atau pisah dari rombongannya, tapi ya udah intinya sabar aja. Sambil nunggu giliran untuk bisa mengambil objek foto yang bagus, gue duduk dan googling tentang Candi Borobudur dan pastinya ga akan gue share disini (googling aja jangan males, kebiasaan deh) hahaha. Gue terkesima dengan bangunan ini, ga kebayang jaman dulu udah ada orang yang punya pemikiran bikin bangunan serumit dan seindah Borobudur. (Proud Indonesian).

Puas mengambil foto dan menikmati keindahan Borobudur dan sekitarnya, gue melanjutkan perjalanan ke Museum Ullen Sentalu di daerah Kaliurang. Sebelumnya gue denger beberapa temen gue yang udah pernah mengunjungi museum ini, katanya museum ini adalah museum terkeren yang pernah mereka kunjungin, gue pun berawal dari penasaran dan cerita temen-temen, akhirnya memutuskan untuk mengunjungi Museum Ullen Sentalu. Museum ini dibuat oleh keluarga Haryono dengan dukungan dari para orang yang berperan dalam perkembangan budaya dan seni jawa. Begitu turun dari mobil gue sangat excited untuk mengunjungi kamar mandinya, karena kebeled. Oh iya tiketnya masuk sini cuma 30rebu aja. Dan menurut gue setelah selesai tour di museum ini ditemani mbak Tami, itu merupakan uang 30ribu paling berharga yang pernah gue keluarin, karena hanya dengan 30ribu rupiah gue bisa dapet banyaaaaaaaak pengetahuan dan pengalaman seumur hidup yang ga akan pernah gue lupain. Museum ini sangat rapih, modern, lengkap, menarik dan memberikan pelajaran tentang budaya dan seni tentang Jawa. Dari mulai tokoh-tokoh yang berperan dalam perkembangan seni dan budaya jawa, sampai barang-barang peninggalannya dijelaskan dan dikemas dengan baik dan menarik. Gue pasti akan balik lagi kesini suatu saat jika mengunjungi Yogyakarta. Oh iya jangan khawatir, uang tiket yang dibayar udah termasuk seorang pemandu yang akan nemenin dan ngejelasin selama ada di Museum Ullen Sentalu. Pokoknya kalo ke Jogja harus banget ngunjungin museum ini, lo akan tercengang dan berasa makin cinta sama Indonesia, karena gue pun demikian.

Masih terbayang-bayang dengan kerennya Ullen Sentalu, tapi lain halnya dengan perut gue yang udah terbayang diisi makanan enak. Masih di daerah Kaliurang, gue kembali mencoba rekomendasi dari TripAdvisor, yaitu sebuah rumah makan bernama Jejamuran. Yes, bisa diliat dari namanya restoran ini menyediakan berbagai makanan dan minuman yang berbahan dasar dari berbagai macam jenis jamur. Dan gue pun ga mau salah pilih makanan ya jadi gue tanya aja pegawainya, kira-kira yang cocok buat gue itu yang gimana sih, yang pengertian atau yang sayang ama gue (eh ngelantur) ya tanya yang paling paporit apa sih disini, terus kata dia yang paling paporit itu sate jamur dan jamur goreng tepung. Langsung gue pesen itu beserta beberapa menu lainnya yang bikin penasaran, seperti lumpia jamur dan juga sup jamur. Rasanya enaaaaaaaaaaaaaaaak bgt, pilihan pertama gue jatuh pada sate jamur, juara banget dia memang, rasanya kaya lagi makan sate daging sapi, gilaaaaaa. Paraaah paraaah paraaah. Yang lain ga kalah enak sih, jadi ada 2 macem deh makanan disini, enak dan enak banget. Ga nyesel deh makan disini, selain harganya sangat terjangkau, rasanya pun enak dan memanjakan anda walau dia cuma restoran bukan pacar anda. Drooop ah. Hahaha.

Eh tetiba hujan gede, langsung gue galau, kenapa gue di tempat seindah ini masih sendiri juga, apa sih yang kurang, setelah gue sadari yang kurang dari gue cuma satu, kurang kasih sayang. (menuruuuut nganjuuuug?!). Nah dalam perjalanan kembali ke Yogyakarta, gue ngobrol sama pak Doni, mengenai bakpia, kenapa bakpia ini ada nomer belakangnya kaya nomer togel deh, tapi kok bukan juga. Akhirnya menurut info dari pak Doni, ada 3 bakpia yang paling banyak digemari di Yogyakarta. Bakpia 25, Bakpia 75 dan Bakpia pendatang baru Bakpia Djava. Karena penasaran, gue minta pak Doni untuk mengantar gue ke 3 tempat penjualan masing-masing bakpia. Nah kalo mengenai nomor di belakang bakpia ini, konon katanya ini terinspirasi dari nomor rumah, jadi dulu penjual bakpia ini ada di daerah pathuk (atau pathok gitu) dan karena di daerah itu semua menjual bakpia, jadi untuk membedakannya ya pake nomor rumah di belakang. Anyway yang pertama gue kunjungin adalah bakpia djava, gue disini mencoba testernya dan terpikat oleh rasa susu dan rasa keju, isiannya lembut dan agak lembek. Kedua gue ke bakpia 25, disini gue hanya membeli rasa keju, karena gue kurang suka rasa yang lain, nah disini bakpianya kering dan crispy. Ketiga gue coba bakpia 75 dan gue ga membeli apapun setelah mencoba testernya, karena mungkin masalah selera aja sih. Tapi dari ketiga bakpia yang gue coba, yang paling enak menurut gue adalah bakpia djava, kedua bakpia 25, sedangkan menurut gue bakpia 75 biasa aja, ga spesial. Balik lagi ini masalah selera ya, jadi selamat mencoba dan bandingkan sendiri.

Selesai belanja bakpia untuk oleh-oleh, gue menyempatkan ke Mirota batik untuk membeli sesuatu untuk oleh-oleh. Toko ini adanya di sebrang pasar beringharjo di daerah Malioboro. Tempat ini memang relatif mahal harganya jika dibandingkan dengan penjual oleh-oleh di pinggir jalan, karena konsepnya yang one stop shopping, dari batik, makanan khas Yogyakarta, jamu sampai souvenir, semua ada disini. Tempatnya nyaman dan ada pembatik asli di tengah tokonya, hal ini yang menjadi salah satu daya tarik tempat belanja ini. Jadi kalo ke Yogyakarta dan ga mau repot beliin oleh-oleh berpindah pindah tempat, dateng aja ke Mirota Batik ini, semua ada disini, kecuali jodoh, eh tapi bisa aja lo ketemu jodoh disini sih.

Hari kedua perjalanan gue di Yogyakarta ditutup manis dengan mencoba angkringan dekat stasiun, disini gue mengenyangkan perut dengan menu pilihan sate-satean dan nasi kucing, serta minum kopi Joss (Felix ga sih?!) kopi ini uniknya dicampur dengan arang, jadi setelah kopi diseduh, dimasukan arang panas yang masih berwarna merah, ketika arang dimasukin ke gelas kopi, ada bunyinya jossssssssss, nah karena itu kopi ini disebut kopi joss. Tenang kopi joss ini ga berbahaya diminum kok, bahkan katanya kopi joss ini bisa menawarkan racun yang ada dalam tubuh kita, soalnya mengandung arang, kaya norit gitu. Oh iya rasanya sama aja kaya kopi item pake gula, ga ada bedanya sedikit pun. Coba deh kalo emang suka kopi.

Seharian jalan dari pagi sampe akhirnya sungguh capek tapi hati senang, makan jamur sampe minum kopi pake arang, dari nunggu matahari terbit sampe nunggu anak sekolah berdharma wisata, dari toko bakpia yang satu ke toko bakpia yang lain, dari bangunan bersejarah sampe rumah dengan segudang sejarah, hari kedua gue di Yogyakarta sangat seru dan bikin pengen balik lagi, di hari ketiga gue di kota ini, gue berwisata alam bebas, akan gue share di postingan gue berikutnya ya.


Selamat jalan jalan, semoga kita berpapasan.

Cheers,


Febrian


Tidak ada komentar:

Posting Komentar