Jujur aja, pas denger kata "Uzbekistan", apa yang ada di kepala lo? Gurun pasir? Unta? Aladdin? Sama, gue juga gitu awalnya. Gue pikir bakal panas-panasan ala film Prince of Persia. Tapi ternyata, negara ini adalah plot twist terbesar gue tahun ini. Alih-alih ketemu gurun gersang, gue malah disambut angin musim dingin yang bikin gigi gemeletuk, pegunungan salju yang megah, dan kota yang rapi banget. Gue datang buat nyari jejak sejarah, eh pulangnya malah jatuh cinta sama vibe-nya yang chill tapi magical.
Jurus "Fly-Thru" Anti Ribet
Perjalanan ke negara pecahan Soviet ini kedengarannya kayak misi yang ribet, kan? Padahal aslinya santuy banget. Gue terbang bareng AirAsia lewat Kuala Lumpur. Nah, kuncinya ada di fitur Fly-Thru
Samarkand: Definisi "No Filter Needed"
Mendarat di Tashkent, kita nggak lama-lama. Besoknya langsung gas ke Samarkand naik kereta cepat Afrosiyob. Iya, lo nggak salah baca. Uzbekistan punya kereta cepat yang on time banget, bikin kereta yang sering telat di negara konoha jadi kelihatan cupu.
Begitu sampai di Registan Square, rahang gue reflek jatuh. Gila, ini bangunan apa lukisan? Tiga madrasah raksasa dengan keramik biru turquoise yang detailnya nggak masuk akal. Gue curiga arsitek zaman dulu punya OCD, soalnya simetris dan rapi banget! Mau difoto pake kamera HP kentang pun hasilnya bakal tetap bagus. Di sini, lo diem aja udah estetik.
Kita juga mampir ke Shah-i-Zinda, kompleks makam yang lorongnya biru semua. Rasanya kayak masuk ke feedInstagram selebgram yang temanya blue aesthetic. Tapi di balik keindahannya, tempat ini tenang banget. Bikin adem hati, walau dompet mulai panas liat kerajinan tangan di Siyob Farmers Market. Roti lepeshka di sana gede-gede banget, bisa buat bantal tidur kalau kepepet.
Oh iya, kita juga ke Konigil Village. Di sini gue liat pembuatan kertas tradisional yang prosesnya lamaaa banget. Beneran mengajarkan kesabaran, beda banget sama kita yang dikit-dikit refresh halaman tracking paket.
Ini dia plot twist-nya. Hari keempat, kita cabut ke Bostonliq buat main ke Amirsoy Ski Resort. Siapa sangka negara yang gue kira isinya cuma pasir ini punya resor ski kelas dunia? Naik gondola ke puncak gunung Tian Shan, pemandangannya putih semua ketutup salju. Gue liat bocil-bocil lokal jago banget main ski, sementara gue jalan di salju aja masih takut kepleset. Tapi seru parah! Dinginnya udara gunung ketemu hangatnya suasana di sana bikin gue sadar: Uzbekistan itu paket komplit. Mau sejarah ada, mau alam juga juara.
Tashkent: Penutup yang Bikin 'Sadar'
Sebelum pulang, kita keliling ibu kota Tashkent. Kota ini rapi, bersih, dan vibe-nya campuran antara modern sama klasik. Tapi momen puncaknya ada di Khazrati Imam Complex. Di sini tersimpan Al-Qur'an Mushaf Utsmani yang super tua. Liat naskah asli di depan mata itu rasanya, speechless. Ada aura sakral yang bikin bulu kuduk merinding (dalam artian positif). Di tengah hiruk pikuk perjalanan, tempat ini ngasih jeda buat napas dan refleksi diri. Bahwa perjalanan jauh itu bukan cuma buat pamer di story, tapi buat ngisi jiwa.
Kesimpulan: Kapan Lo Nyusul?
Gue balik dari Uzbekistan dengan koper penuh oleh-oleh dan hati yang penuh cerita. Gue belajar kalau keindahan itu kadang ada di tempat yang nggak kita duga. Dan buat lo (terutama cewek-cewek) yang ragu mau ke sini sendirian: Don't worry! Aman banget. Orang sini ramah-ramah, paling cuma ngeliatin lo karena penasaran aja.
Jadi, daripada bengong nungguin cuti tahun depan, mending mulai cek tiket AirAsia sekarang. Uzbekistan itu nyata, dan jauh lebih keren dari sekadar cerita 1001 malam. Yuk, berangkat!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar