Ada perjalanan yang tujuannya bukan buat mencari tempat baru, tapi buat nemuin diri sendiri dengan cara yang sederhana. Buat gue, Pulau Obi di Halmahera Selatan jadi salah satunya. Datang tanpa ekspektasi, gue pulang dengan rasa yang susah dijelaskan, kecuali lewat cerita. Obi pelan-pelan membuka dirinya lewat laut yang jernih, desa-desa yang tulus, anak-anak dengan mimpi besar, dan momen-momen kecil yang bikin gue berhenti sejenak lalu bilang dalam hati, Indonesia sebesar dan seindah ini ya.
Kadang, tempat paling indah itu justru yang jarang dibahas orang. Pulau Obi jadi salah satu kejutan terbesar buat gue tahun ini. Bukan cuma soal pemandangan yang cakep, tapi juga tentang lautnya yang masih sehat, orang-orangnya yang hangat, dan energi positif yang gue bawa pulang. Perjalanan ini rasanya bukan liburan, tapi perjalanan hati.
Begitu sampai, suasana Obi langsung beda. Gak ada hiruk pikuk kota, gak ada hidup yang serba buru-buru. Yang ada cuma laut luas, bukit hijau, angin yang nyapu pelan, dan sambutan warga yang tulus. Setiap kali gue jalan keluar, rasanya punya ruang lebih buat bener-bener ngeliat sekitar. Ombaknya tenang, vibe-nya adem, dan semuanya terasa apa adanya. Obi gak berusaha jadi cantik karena dia memang dasarnya udah cantik.
Di Desa Soligi, gue langsung ngerasain ritme hidup yang nyatu sama alam. Warganya hidup sederhana, hangat, dan penuh rasa syukur. Sebagian besar dari mereka adalah nelayan, dan dari mereka gue belajar satu hal penting. Laut itu bukan tempat kerja doang, tapi rumah. Cara mereka ngejaga laut keliatan dari hasil tangkapannya. Ikan-ikan yang dibawa pulang segar semua, tanda kalau laut Obi masih sehat dan cara mereka mengambil ikan tetap bertanggung jawab. Dari Soligi gue ngerti bahwa sustainability bukan konsep, tapi budaya.
Sebagai seorang diver, gue paling penasaran dengan dunia bawah laut Obi. Visibilitasnya jernih banget, terumbu karangnya hidup dan warnanya kuat. Banyak spot yang masih terasa untouched, kayak halaman buku alam yang belum pernah diganggu. Selain diving, gue juga ikut kegiatan restorasi coral di sini. Kita nanam fragmen coral, nempelinnya satu per satu. Prosesnya simple, tapi ngeliat coral kecil nempel di rak restorasi bikin gue ngerasa ikut ambil bagian dalam masa depan bawah laut Obi. Langkah kecil, tapi punya arti besar.
Obi sendiri bukan sekadar pulau cantik. Ini bagian penting dari jantung biru Indonesia Timur, salah satu wilayah laut paling berharga di negeri ini. Obi punya terumbu karang yang sehat, perairan kaya biota, dan potensi besar untuk konservasi serta riset kelautan. Bahkan, laut Obi dikenal sebagai rumah bagi keanekaragaman hayati yang menakjubkan, mulai dari Hiu Macan hingga Ikan Napoleon yang dilindungi. Menyadari potensi dan kerentanan ekosistem ini, berbagai inisiatif konservasi digalakkan. Salah satunya adalah upaya yang dilakukan oleh Harita Nickel melalui program berkelanjutan untuk menjaga laut Obi yang kaya terumbu karang dan ikan, sejalan dengan visi warga lokal untuk merawat rumah mereka. Kalau Obi terjaga, Indonesia juga ikut kuat. Laut yang sehat berarti ketahanan pangan, coral yang tumbuh berarti ekosistem yang stabil, dan generasi mudanya adalah masa depan yang bisa mengubah banyak hal.
Perjalanan ini juga ngenalin gue sama Desa Kawasi, tempat gue ketemu anak-anak dengan mimpi yang jernih dan besar. Mereka cerita dengan mata berbinar tentang cita-cita jadi dokter, pelaut, guru, atau insinyur. Yang bikin hati gue hangat, mereka pengen balik lagi ke Obi setelah sekolah buat bangun kampung mereka sendiri. Di tempat yang jauh dari kota, mimpi mereka justru terasa lebih jujur dan lebih kuat. Dari mereka gue sadar, masa depan Obi gak cuma ada di alamnya, tapi juga di anak-anaknya.
Dari setiap langkah di pasir Obi, setiap percakapan singkat di desa, sampai gerakan kecil menanam coral di bawah air, gue merasa kayak lagi diajak memahami sesuatu. Bahwa jagain Indonesia itu gak selalu lewat hal besar. Kadang lewat hadir, lewat dengerin cerita, lewat tangan kecil yang nanam coral, atau lewat anak-anak desa yang belajar dengan semangat luar biasa.
Gue pergi dari Obi dengan perasaan yang sama kayak coral kecil yang baru ditempel di rak restorasi. Masih muda, tapi punya harapan panjang. Semoga suatu hari nanti gue bisa balik dan lihat semuanya tumbuh lebih kuat. Obi ngasih gue banyak hal yang gak bisa dibeli. Dan rasanya sekarang, waktunya kita ikut ngasih balik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar